indonesia pest academiy

PT Tata Karya Gemilang Hadir di IPA & APMA National Conference 2025 Yogyakarta

Daftar isi

GEMILANG | Pernahkah Anda merasa terganggu dengan tikus yang merajalela di rumah atau kantor? Atau mendengar kabar tentang penyebaran penyakit berbahaya akibat gigitan nyamuk? Bagi sebagian orang, hama mungkin terdengar sepele. Namun, faktanya, hama perkotaan bisa menimbulkan masalah besar: dari penyebaran penyakit seperti demam berdarah dengue, kerugian ekonomi akibat rayap yang merusak bangunan, hingga pencemaran makanan oleh kecoa.

Di balik semua itu, ada satu hal penting: pengelolaan hama tidak bisa lagi dilakukan dengan cara lama. Dunia kini menuntut pendekatan yang lebih berkelanjutan – bukan hanya membasmi, tetapi juga menjaga keseimbangan lingkungan, melindungi kesehatan masyarakat, sekaligus mendukung keamanan pangan.

Untuk itulah, pada 19–21 Agustus 2025, Indonesia menjadi pusat perhatian dunia dengan terselenggaranya Indonesia Pest Academy (IPA) & APMA National Conference 2025. Acara bergengsi ini berlangsung di The Alana Palagan Hotel & Convention Center, Yogyakarta, dengan tema utama “Sustainable Urban Pest Management” atau Pengelolaan Hama Perkotaan yang Berkelanjutan.

Konferensi ini menghadirkan gabungan istimewa antara ilmuwan, regulator, pelaku industri, hingga praktisi lapangan dari berbagai negara. Mereka berkumpul untuk berbagi riset terbaru, tren bisnis, serta inovasi dalam dunia pengendalian hama. Menariknya, acara ini bukan hanya bicara sains dan bisnis, tapi juga menyajikan kekayaan budaya Yogyakarta sebagai bagian dari pengalaman konferensi.

Para Pemikir Besar di Balik Konferensi

Salah satu nilai tambah dari IPA & APMA 2025 adalah hadirnya 14 pembicara undangan internasional. Beberapa nama yang sangat ditunggu di antaranya:
• Prof. Chow-Yang Lee (University of California, Riverside, USA)
Pakar entomologi perkotaan kelas dunia dengan lebih dari 290 publikasi ilmiah. Karya-karyanya, termasuk tiga buku tentang bed bugs, kecoa Jerman, dan rayap Formosa, menjadi rujukan global. Beliau baru saja menerima penghargaan prestisius dari Entomological Society of America (2022 & 2024).
• Prof. Intan Ahmad, Ph.D (Institut Teknologi Bandung, Indonesia)
Ahli biologi sumber daya hayati yang akan membahas strategi pengelolaan kecoa Jerman, salah satu hama paling sulit dikendalikan di lingkungan perkotaan.
• Prof. Dr. Drs. Sudarmaji, MP (BRIN, Indonesia)
Fokus pada fenomena ledakan populasi tikus sawah dan dampaknya terhadap lingkungan pemukiman maupun industri.
• Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D (Universitas Gadjah Mada, Indonesia)
Terkenal lewat program penerapan teknologi nyamuk ber-Wolbachia dalam pengendalian demam berdarah dengue. Program ini bahkan diakui dunia internasional.
• Dr. Partho Dhang (Filipina)
Konsultan independen, penulis, sekaligus pakar entomologi perkotaan yang sering terlibat dalam proyek global.
• Mr. Tony Poulsen (Rentokil Initial, Global)
Membawakan topik seputar tren merger dan akuisisi dalam industri pest control global, sesuatu yang berdampak besar terhadap arah bisnis pengendalian hama.
• Mr. Ujjwal Kumar (India)
Membahas pengelolaan hama serangga gudang secara terpadu, sebuah isu penting bagi keamanan pangan.
Kehadiran tokoh-tokoh ini menunjukkan betapa konferensi di Yogyakarta ini bukan hanya sekadar agenda lokal, melainkan forum internasional berkelas tinggi.

Rangkaian Acara: Dari Regulasi hingga Digitalisasi

Konferensi ini dirancang untuk memberi wawasan komprehensif: mulai dari regulasi pemerintah, perkembangan riset ilmiah, peluang bisnis, hingga tren teknologi.

Hari Pertama – 19 Agustus 2025
Hari pertama dimulai dengan suasana penuh semangat: penampilan budaya Indonesia, menyanyikan lagu kebangsaan, serta sambutan dari panitia, ASPPHAMI, dan APMA. Setelah itu, rangkaian sesi dimulai:
• Keynote Speech: Prof. Chow-Yang Lee dan Mr. Harlan Bengardi (CEO Pestigo) membahas konsep besar Sustainable Urban Pest Management.
• Regulasi Nasional: Kementerian Kesehatan RI serta Badan Karantina Indonesia memaparkan aturan tentang pengendalian vektor, fumigasi, serta hewan pembawa penyakit.
• Sesi Bisnis: Fokus pada potensi pasar industri pest control di Indonesia – mulai dari pengelolaan hama umum, rayap, hingga fumigasi. Diskusi ini menyoroti peluang sekaligus tantangan industri dalam negeri.
• Sesi Teknis: Sorotan pada manajemen hama gudang (oleh Mr. Ujjwal Kumar) dan fenomena ledakan populasi tikus sawah (oleh Prof. Sudarmaji).
• Gala Dinner: Malam penuh keakraban, budaya, dan pengumuman lokasi APMA 2026.

Hari Kedua – 20 Agustus 2025
Hari kedua lebih fokus pada riset dan teknologi:
• Sesi Vektor: Prof. Adi Utarini menjelaskan implementasi nyamuk ber-Wolbachia, sementara Prof. Intan Ahmad membedah strategi pengelolaan kecoa Jerman. Diskusi ini penting karena kedua hama tersebut memiliki peran besar dalam penyebaran penyakit.
• Sesi Rayap: Prof. Chow-Yang Lee membahas dampak umpan rayap di Asia Tenggara, sedangkan Dr. Bramantyo Wikantyoso (BRIN) menguraikan peluang dan kerugian pengelolaan rayap di Indonesia.
• Sesi Digitalisasi & Food Safety: Membahas bagaimana digitalisasi akan mengubah masa depan pest management perkotaan dan bagaimana perannya dalam sistem audit keamanan pangan.
• CSR & Field Trip: Kegiatan sosial berupa inisiatif pencegahan malaria di Menoreh Hill, dilanjutkan dengan tur ke Candi Borobudur dan Prambanan.

Hari Ketiga – 21 Agustus 2025 (Opsional)
Bagi peserta yang ingin memperpanjang pengalaman, hari ketiga menawarkan perjalanan wisata budaya. Destinasi yang dikunjungi meliputi Keraton Yogyakarta, Taman Sari, Malioboro, dan Museum Sonobudoyo.

Mengapa Konferensi Ini Penting?

Ada beberapa alasan mengapa IPA & APMA National Conference 2025 layak mendapat perhatian luas:
1. Relevansi Global
Isu pengendalian hama bukan hanya soal kebersihan, tapi juga kesehatan masyarakat, ekonomi, dan lingkungan. Dengan perubahan iklim dan urbanisasi yang pesat, hama semakin mudah berkembang biak.
2. Kolaborasi Multi-Sektor
Konferensi ini mempertemukan ilmuwan, regulator, dan pelaku industri. Dengan demikian, solusi yang dibahas tidak berhenti di laboratorium, tapi bisa langsung diterapkan di lapangan.
3. Peluang Ekonomi
Pasar pest control di Indonesia sangat besar. Dari rumah tangga, industri, hingga ekspor-impor (fumigasi), semua membutuhkan layanan profesional. Konferensi ini menjadi tempat ideal untuk memahami tren pasar.
4. Arah Masa Depan: Berkelanjutan
Pendekatan masa depan bukan lagi “membasmi habis”, melainkan mencari cara cerdas, efektif, dan ramah lingkungan. Prinsip Integrated Pest Management (IPM) dan digitalisasi adalah kunci utamanya.

Yogyakarta: Menyatu dengan Ilmu dan Budaya

Salah satu keunggulan konferensi ini adalah lokasinya: Yogyakarta. Kota budaya ini tidak hanya jadi latar belakang, tapi juga bagian dari pengalaman. Peserta dapat menjelajahi:
• Candi Prambanan: Megah dengan arsitektur Hindu dan ukiran yang detail.
• Candi Borobudur: Ikon wisata dunia, tempat terbaik menyaksikan sunrise.
• Malioboro Street: Jalan ikonik untuk berbelanja, mencicipi kuliner, dan merasakan denyut kota.
• Keraton Yogyakarta: Istana yang menjadi pusat budaya Jawa.
• Taman Sari: Taman air bersejarah peninggalan kerajaan Mataram.
• Museum Sonobudoyo: Pameran budaya, seni, hingga wayang kulit.

indonesia pest academy

Pastiklola Gemilang Buka Stand

Lokasi utama konferensi, The Alana Palagan Hotel & Convention Center, menawarkan kenyamanan kelas atas sekaligus akses mudah ke semua destinasi tersebut. Jadi, selain mendapat ilmu, peserta juga bisa pulang dengan pengalaman budaya yang tak terlupakan.

Menariknya, konferensi ini juga melibatkan partisipasi aktif dari perusahaan nasional. Salah satunya adalah PT. Tata Karya Gemilang yang mengirimkan 3 orang perwakilan untuk mengikuti Pest Academy. Tidak hanya itu, unit bisnisnya yaitu Pastiklola juga membuka stand booth dalam acara tersebut.

Kehadiran mereka menjadi bukti nyata bahwa Gemilang Facility Service peduli dan berperan aktif dalam memajukan industri pengendalian hama di Indonesia. Partisipasi ini sekaligus menunjukkan komitmen perusahaan dalam mendukung edukasi, kolaborasi, dan inovasi di bidang pest control.[]